Sejarah Lebak Bulus Jakarta: Dari Lembah Rawa hingga Kawasan Modern
Selasa, 24 Desember 2024 07:14 WIB
Lebak Bulus, kawasan strategis di Jakarta Selatan, berkembang dari lembah rawa menjadi pusat modern. Dengan sejarah kolonial, budaya lokal, dan infrastruktur MRT, wilayah ini menggabungkan tradisi, modernitas, serta potensi perdagangan dan transportasi.
Lebak Bulus, salah satu wilayah strategis di Jakarta Selatan, memiliki sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri. Nama "Lebak Bulus" memiliki arti mendalam, yang menggambarkan kondisi geografis wilayah ini pada masa lampau. Artikel ini akan mengupas tuntas asal-usul, perkembangan, hingga transformasi Lebak Bulus menjadi kawasan modern yang dikenal saat ini.
Asal Usul Nama Lebak Bulus
Nama "Lebak Bulus" berasal dari kata "lebak," yang berarti tanah rendah atau lembah, dan "bulus," yang merujuk pada hewan sejenis kura-kura air tawar dengan nama latin Amdya cartilaginea. Pada zaman dahulu, wilayah ini berupa daerah rendah dengan banyak rawa-rawa dan sungai kecil yang menjadi habitat alami bulus. Nama tersebut mencerminkan karakteristik geografis dan ekologi yang khas dari wilayah ini.
Lebak Bulus pada Masa Sebelum Kolonial
Sebelum kedatangan penjajah, Lebak Bulus merupakan kawasan agraris yang dihuni oleh masyarakat Betawi. Wilayah ini dikenal subur, dengan sawah, kebun, dan rawa-rawa yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk. Sungai-sungai kecil yang mengalir di daerah ini tidak hanya menjadi sumber air, tetapi juga jalur transportasi tradisional.
Masa Kolonial Belanda: Awal Modernisasi
Pada era kolonial Belanda, Lebak Bulus termasuk dalam wilayah yang mendukung kebutuhan pangan Batavia (Jakarta saat ini). Wilayah ini merupakan bagian dari jalur distribusi hasil pertanian menuju kota. Infrastruktur jalan mulai dibangun untuk mempermudah pengangkutan hasil bumi. Salah satu jalan utama yang dikenal saat ini, Jalan Raya Fatmawati, dahulu merupakan jalur penting pada masa kolonial.
Pemerintah kolonial juga mulai mengembangkan perkebunan di daerah ini, memanfaatkan tanah subur Lebak Bulus untuk tanaman seperti kopi dan karet. Keberadaan perkebunan ini menandai awal modernisasi di kawasan tersebut.
Menurut Erfbrief (surat kepemilikan tanah) oleh Pemerintah Batavia pada 2 September 1975 kawasan ini dimiliki oleh Bapak Made dan Bapak Candra. Menurut catatan harian di kastil Batavia tetanggal 12 Februari 1687 yang dikutip dari buku Rachmat Ruchiat yang berjudul “Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta”, Bapak Made merupakan seorang Jawa (bisa orang Jawa, Madura, atau Sunda) berpangkat letnan.
Tanah tersebut dijadikan sawah dan kebun oleh Made. Sepeninggal Made ada 16 Agustus 1720 tanah tersebut dimiliki kembali oleh kompeni dan diubah namanya menjadi Simplicitas. Tanah tersebut tercatat berganti-ganti pemilik. Pada 1789 tanah tersebut dimiliki oleh David Johannes Smith yang kemudian berpindah tangan kepada Pieter Welbeeck (1803).
Transformasi di Era Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, Lebak Bulus terus berkembang menjadi kawasan suburban yang menarik bagi penduduk Jakarta. Pada tahun 1970-an hingga 1980-an, Lebak Bulus menjadi kawasan perumahan bagi kalangan menengah. Pembangunan Terminal Bus Lebak Bulus pada era ini menjadikan wilayah ini sebagai pusat transportasi penting di Jakarta Selatan.
Terminal Lebak Bulus tidak hanya melayani rute dalam kota, tetapi juga menjadi titik keberangkatan bus antarkota dan antarprovinsi (AKAP). Hal ini membuat Lebak Bulus semakin ramai dan berkembang sebagai kawasan perdagangan dan jasa.
Modernisasi dan Infrastruktur Masa Kini
Seiring dengan perkembangan kota Jakarta, Lebak Bulus mengalami transformasi besar-besaran. Salah satu tonggak modernisasi adalah pembangunan sistem transportasi MRT Jakarta. Stasiun Lebak Bulus Grab, yang menjadi salah satu terminal utama MRT Jakarta, telah mengubah wajah kawasan ini. Kini, Lebak Bulus tidak hanya menjadi pusat perumahan dan perdagangan, tetapi juga pusat konektivitas modern di Jakarta.
Pembangunan MRT ini menggantikan Stadion Lebak Bulus yang sebelumnya menjadi ikon olahraga di wilayah ini. Meski stadion tersebut telah dibongkar, perannya dalam sejarah olahraga Jakarta tetap dikenang.
Potensi dan Keunikan Lebak Bulus
Lebak Bulus saat ini adalah kawasan yang menggabungkan elemen sejarah, budaya lokal, dan modernitas. Meskipun telah berkembang pesat, beberapa bagian wilayah ini masih mempertahankan nuansa tradisional, dengan rumah-rumah bergaya Betawi dan Jawa yang tersebar di lingkungan tertentu. Keberagaman budaya juga tercermin dari banyaknya masjid, gereja, dan tempat ibadah lainnya yang menunjukkan toleransi masyarakat setempat.
Selain itu, Lebak Bulus menjadi destinasi belanja dan kuliner dengan berbagai pusat perbelanjaan, restoran, dan pasar tradisional. Kombinasi antara fasilitas modern dan warisan budaya lokal menjadikan Lebak Bulus sebagai salah satu kawasan yang menarik untuk dieksplorasi.

Penulis Indonesiana
80 Pengikut

Strategi Pertumbuhan Konglomerat
Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking
Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler